logo blog

Mengapa Orang Tua Saya Cenderung Lebih Sayang Kepada Adik?

Mengapa Orang Tua Saya Cenderung Lebih Sayang Kepada Adik?


http://www.lenterakabah.com/wp-content/uploads/2016/10/Mengapa-Orang-Tua-Saya-Cenderung-Lebih-Sayang-Kepada-Adik.jpg

Pertanyaan.

Bagaimana sikap saya jika hati saya iri melihat adik saya lebih disayang dan dituruti keinginannya oleh orang tua saya ketimbang kepada saya

Jawaban.

Semoga Allâh Azza wa Jalla mengumpulkan anda bersama seluruh keluarga anda dalam kebahagiaan, kebersamaan dan saling cinta.

Perbedaan rasa sayang dari orang tua kepada anak-anaknya antara anak yang satu dengan yang lainnya adalah sesuatu yang wajar dan manusiawi. Namun meski begitu, orangtua tidak boleh membeda-bedakan sikap dan pemberian kepada anak-anaknya, karena hal itu bisa menyebabkan permusuhan di antara anak-anak dan atau memicu durhaka.

Dan sebagai anak kewajiban kita adalah husnuzzhan (berbaik sangka) kepada kedua orangtua kita dan terus berbakti kepada mereka. Barangkali penilaian itu adalah penilaian subyektif yang belum tentu benar. Atau memang jika memang benar begitu, sikap lebih sayang itu adalah karena alasan tertentu yang tidak kita ketahui. Hibah (pemberian harta) kepada anak memang harus sama. Namun nafkah kepada anak tidak harus sama, karena kebutuhan masing-masing anak juga berbeda. Bisa jadi juga perhatian lebih itu karena memang adik lebih membutuhkan perhatian khusus, lebih lemah atau hal lainnya.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL3YBXR0K_B6vWiQqzMn1_Qcu0Pdc2RPRuZj8xVHNCD3zPZ6e-nOHdNA7KlDGID2vc1k6uAhjBNiGc98KW0sUQ_lbj18MSmQo-GGfdXFh3l6O3xfKJQicKNBipDeveyQpAKedPfL-m0Ug/s1600/Iri+hati2.jpg

Pada saat yang sama, hendaknya kita su’uzzhan (berprasangka buruk) pada diri sendiri. Begitulah seorang Muslim, su’uzhan pada diri sendiri dan husnuzzhan pada orang lain. Barangkali ada yang salah pada diri kita, sehingga orangtua kurang menyenangi kita dan lebih sayang pada saudara kita yang lain. Sebagian orangtua sangat sensitif, dan sebaliknya sebagian anak muda kurang peka. Berusahalah untuk mawas diri dan memperbaiki diri.

Jika melihat orang lain mendapatkan nikmat, hendaknya kita ikut bergembira, apalagi jika dia adalah keluarga kita sendiri. Jangan malah bersedih. Kita boleh berharap mendapatkan nikmat yang serupa, tanpa mengharap nikmat itu hilang dari orang lain. Inilah iri yang boleh dan disebut ghibthah. Adapun jika kita mengharap nikmat tersebut hilang dari orang lain, itulah iri yang terlarang dan disebut hasad.

Jika orang lain mengalahkan anda dalam urusan dunia, janganlah bersedih. Itu bukan kekalahah. Kalahkanlah dia dalam urusan akhirat. Teruslah berbakti kepada orangtua dan memperbaiki diri. Kejarlah cinta Allâh Azza wa Jalla , karena jika Allâh Azza wa Jalla telah mencintai anda, seisi langit dan bumi akan ikut mencintai anda. Dan jangan lupa berdoa kepada Allâh Azza wa Jalla agar keluarga anda selalu rukun dan harmonis. Dialah yang maha berkuasa atas segalanya.

Wallâhu a’lam

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIX/1436H/2015M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079 ]




**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah

Share this:

Enter your email address to get update from ISLAM TERKINI.

Tidak ada komentar

About / Contact / Privacy Policy / Disclaimer
Copyright © 2015. Kabar Ukhuwah Islamiyah - All Rights Reserved
Template Proudly Blogger