logo blog

Tak Hiraukan Seruan Jihad, Ini yang Dialami Sahabat Rasulullah (2)

Tak Hiraukan Seruan Jihad, Ini yang Dialami Sahabat Rasulullah (2)

Pagi-pagi Rasulullah SAW memasuki kota Madinah. Sudah menjadi kebiasaan kalau beliau kembali dari suatu perjalanan, pertama kali yang dilakukannya adalah menuju masjid dan shalat dua rakaat. Demikian pula usai dari Tabuk. Selesai shalat beliau duduk melayani tamu-tamunya. Orang-orang yang tidak ikut perang Tabuk pun berdatangan dengan membawa alasan masing-masing diselingi sumpah palsu demi menguatkan alasan mereka. Jumlah mereka kurang lebih delapun puluh orang.


Rasulullah SAW menerima alasan lahir mereka dan mereka pun memperbaharui baiat setia mereka. Beliau memohonkan ampunan bagi mereka dan menyerahkan soal batinnya kepada Allah. Sampai akhirnya tibalah giliranku.


Aku datang mengucapkan salam kepada beliau. Beliau membalas dengan senyum pula. Namun jelas terlihat, itu adalah senyum yang memendam amarah. Beliau memanggilku, “Kemarilah..!”


Aku pun menghampirinya, lalu duduk di hadapannya. Beliau tiba-tiba bertanya, “Wahai Ka’ab, mengapa dirimu tidak ikut berperang..? Bukankah engkau telah menyatakan baiat kesetiaanmu..?”


Aku menjawab, “Ya Rasulullah.! Demi Allah, kalau duduk di hadapan penduduk bumi yang lain, tentu aku akan berhasil keluar dari amarah mereka dengan berbagai alasan dusta dan dalil lainnya. Namun demi Allah aku sadar, kalau aku berbicara bohong kepadamu dan engkaupun menerima alasan kebohonganku, aku khawatir Allah akan membenciku, kalau kini aku berbicara jujur, kemudian karena itu engkau marah kepadaku, sesungguhnya aku berharap Allah akan mengampuni kesalahanku. Wahai Rasulullah SAW demi Allah, aku tidak punya uzur. Demi Allah, keadaan ekonomiku tidak pernah stabil dibandingkan tatkala pertama kali aku mengikutimu.!”


“Kalau begitu, tidak salah lagi. Kini, pergilah kau hingga Allah menurunkan keputusan-Nya kepadamu.!” tegas Rasulullah SAW.


Aku pun pergi diikuti oleh orang-orang Bani Salamah. “Demi Allah, kami belum pernah melihatmu melakukan kesalahan sebelum ini. Kau tampaknya tidak mampu membuat-buat alasan seperti yang lain, padahal dosamu telah terhapus oleh permohonan ampun Rasulullah..!” kata mereka keheranan.


Mereka terus saja menyalahkan tindakanku hingga ingin rasanya aku kembali menghadap Rasulullah SAW untuk membawa alasan palsu. Bukankah orang lain juga melakukan hal itu. Aku tanyai mereka, “Apakah ada orang yang bernasib sama denganku..?”


Mereka menjawab, “Ya..! ada dua orang yang menjawab sama denganmu. Sekarang mereka berdua juga mendapat keputusan yang sama denganmu dari Rasulullah..!”


“Siapa mereka..?” tanyaku.
“Murarah bin Rabi’ah Al-Amiri dan Hilal bin Umayah Al-Waqifi,” jawab mereka.
Dua nama lelaki shalih yang pernah ikut dalam perang Badar. Begitu kudengar dua nama itu, aku bergegas pergi menemui mereka.


Tak lama berselang, aku mendengar Rasulullah melarang kaum muslimin untuk berbicara dengan kami bertiga. Pada saat itu ada delapan puluh orang yang tidak ikut dalam perang tersebut.

(Yakhsyaaa/BersamaDakwah)

Dikutip dari buku: Ayat-Ayat Pedang-Kisah Kisah Pembangun Semangat Juang

Berlanjut ke: Tak Hiraukan Seruan Jihad, Ini yang Dialami Sahabat Rasulullah (3)


Lentera Kabah

Share this:

Enter your email address to get update from ISLAM TERKINI.

Tidak ada komentar

About / Contact / Privacy Policy / Disclaimer
Copyright © 2015. Kabar Ukhuwah Islamiyah - All Rights Reserved
Template Proudly Blogger