Massa aksi dari berbagai daerah sudah mulai berdatangan ke Ibu Kota sejak Rabu (2/11), kemarin. Mereka pun menginap di masjid-masjid, termasuk di Masjid Al-Ishlah yang berada di dekat Kantor DPP Front Pembela Islam (FPI), Gang Faksi, Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Saat Republika.co.id mendatangi masjid tersebut, mereka tampak sudah beristirahat kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh dari Aceh, Medan, Pontianak, Solo, Yogyakarta, Klaten, maupun dari Kediri. Mereka berasal dari berbagai pulau di luar Jawa.
Sambil menunggu demo, mereka menginap di masjid berlantai dua itu. Berdasarkan pantaun, mereka tampak memenuhi lantai satu dan lantai dua.
Salah satu peserta yang akan ikut demo itu adalah Huda (49 tahun). Pria asal Kediri, Jawa Timur, ini rela menempuh perjalanan jauh untuk menuntut penegak hukum agar segera menetapkan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sebagai tersangka kasus penistaan terhadap Surah Al Maidah ayat 51.
Kakek berbaju serba putih tersebut berangkat dari Kediri dengan menggunakan motor Vario sendirian sejak Senin (31/10). Jarak yang harus ditempuhnya paling sedikit 733 kilometer.
Saat Republika.co.id mendatangi masjid tersebut, mereka tampak sudah beristirahat kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh dari Aceh, Medan, Pontianak, Solo, Yogyakarta, Klaten, maupun dari Kediri. Mereka berasal dari berbagai pulau di luar Jawa.
Sambil menunggu demo, mereka menginap di masjid berlantai dua itu. Berdasarkan pantaun, mereka tampak memenuhi lantai satu dan lantai dua.
Salah satu peserta yang akan ikut demo itu adalah Huda (49 tahun). Pria asal Kediri, Jawa Timur, ini rela menempuh perjalanan jauh untuk menuntut penegak hukum agar segera menetapkan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sebagai tersangka kasus penistaan terhadap Surah Al Maidah ayat 51.
Kakek berbaju serba putih tersebut berangkat dari Kediri dengan menggunakan motor Vario sendirian sejak Senin (31/10). Jarak yang harus ditempuhnya paling sedikit 733 kilometer.
Karena sudah berumur, ia pun baru tiba di Petamburan pada Rabu (2/11), kemarin. Selama dua hari di perjalanan, Huda mengaku sempat beberapa kali beristirahat untuk sekadar meminum kopi di pinggir jalan. "Ya sempat beberapa istirahat mas, karena sudah tua juga. Tapi ya bagaimana, saya hanya ingin agar pak Ahok segera diproses hukumnya karena ini masalahnya sama Alquran," kata Huda saat ditemui di Masjid Al-Ishlah.
Untuk makan, jamaah massa aksi dari berbagai daerah itu menerima bantuan nasi kotak dan nasi bungkus dari masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Warga Gunung Kidul, Agung (60), berangkat ke Jakarta dengan menggunakan mobil pribadi bersama beberapa temannya. Kakek yang dalam kesehariaannya bertani itu tiba di Jakarta sejak Rabu (2/11), sore. "Alhamdulillah perjalanan lancar. Kalau masalah makan terjamin juga karena banyak yang ngasih," ucap dia.
Sementara, massa aksi asal Klaten, Madiyono (61), baru tiba di Petamburan pada Kamis (3/11), siang tadi. Pasalnya, rombongan busnya sempat mengalami kecelakaan di Tol Cipali KM 115, Kabupaten Subang, Jakarta Barat. Menurut dia, ada sekitar 11 bus yang berangkat dari Solo dan Klaten saat kecelakaan itu.
Madiyono mengatakan, akibat kecelakaan tersebut membuat salah satu rombongan dari Solo bernama Cipto Suwarno meninggal dunia dan beberapa rombongan juga ada yang dirawat di rumah sakit. Bahkan, kata dia, beberapa orang harus kembali ke Solo lagi untuk mengantarkan jenazah Suwarno.
"Saya sama bus yang kecelakaan itu mas, makanya baru tadi siang sampai di sini. Sebagai romobongan pulang dan sebagian ada juga masih di rawat di rumah sakit," kata Madiyono.
Salah satu warga petamburan, Desi (45), yang berjualan di dekat masjid tersebut berharap ratusan massa aksi tersebut menyampaikan aspirasinya dengan damai dan lancar. Kendati demikian, ia juga berharap Ahok segera diproses oleh para penegak hukum.
"Ya semoga umat menyadari agar aman dan lancar dilindungi Allah tidak rusuh besok. Tapi juga Ahok segera diproses hukumnya karena ini masalah Alquran. Karena kalau tidak, ini bisa menjadi panjang urusannya dan tidak akan selesai, karena masalah Alquran," kata Desi. (republika)
**| republished by Lentera Kabah
Lentera Kabah
Tidak ada komentar